Menggali Makna Idul Adha: Harapan dan Pengorbanan sebagai Jalan Iman

Momen sholat idul adha di parkiran Stadion 29 Nopember Sampit.
TINTABORNEO.COM, Sampit – Umat Muslim/muslimah memadati halaman Stadion 29 November Sampit untuk melaksanakan Salat Idul Adha pada Jumat (6/6/2025). Salat Id yang dipimpin oleh Imam Dimas Prayuda dan dilanjutkan dengan khutbah oleh Ustadz Riski Soesilo berlangsung khidmat, penuh makna, dan menggugah hati jamaah yang hadir.
Dengan mengangkat tema ‘Harapan dan Pengorbanan’ Ustaz Riski menyampaikan pesan mendalam tentang makna sejati Idul Adha sebagai hari agung yang tidak hanya diisi dengan takbir, tetapi juga refleksi atas ketakwaan dan ujian keimanan.
“Hari ini adalah hari yang diagungkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hari penyembelihan (Yaumul Nahr), hari para muslimin menunaikan syiar Islam dengan berbagai bentuk ibadah, termasuk kurban,” ujar Ustaz Riski dalam khutbahnya.
Ia mengajak jamaah untuk meneladani keteguhan iman dan mengorbankan Nabi Ibrahim AS yang disebut sebagai Khalilullah kekasih Allah. Mulai dari kesabarannya menghadapi ayah penyembah berhala, keberaniannya berdakwah di tengah kaumnya, hingga ketaatannya menerima perintah Allah untuk menyembelih anak tercintanya, Ismail AS.
“Bayangkan, 86 tahun dia menantikan kehadiran Ismail. Namun ketika perintah menyembelih datang, tak ada keraguan. Inilah bentuk pengorbanan dan ketaatan yang harus kita teladani,” ucapnya dengan suara bergetar.
Khutbah juga menyoroti realitas umat Islam di berbagai penjuru dunia yang tetap bertakbir meski hidup dalam kesulitan dan ketakutan, menjadi pelajaran agar umat Islam di manapun berada selalu bersyukur.
“Ada yang mendengarkan dalam kondisi jauh dari kata nyaman, anak-anak kecil keluar bermain tak pernah pulang bahkan pulang namanya saja. Maka bersyukurlah atas nikmat aman dan damai yang kita rasakan hari ini,” seru Ustaz Riski.
Dalam penutup khutbahnya, ia mengingatkan pentingnya pencerahan niat dalam berkurban, agar tidak semata-mata demi pujian atau gengsi, melainkan bentuk ketakwaan kepada Allah.
“Yang sampai kepada Allah bukan darah atau daging hewan kurban, tapi ketakwaan dari masing-masing kita. Maka niatkan karena Allah,” tutupnya.
Suasana haru stadion saat jamaah dimana suara lantang khutbah dari ustadz Riski sangat tersentuh oleh kisah-kisah para nabi yang penuh pengorbanan dan kesabaran. Salat Idul Adha tahun ini menjadi momentum introspeksi spiritual bagi umat Islam di Sampit untuk meneladani keimanan dan ketakwaan Nabi Ibrahim AS dalam kehidupan sehari-hari. (li)
