Ketua DAD Kotim Tegaskan Komitmen Lestarikan Budaya dan Jaga Kerukunan

TINTABORNEO.COM, Sampit – Ketua Umum Dewan Adat Dayak (DAD) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Halikinnor, secara resmi membuka Bimbingan Teknis (Bimtek) bagi pengurus DAD, Damang, Mantir, dan Barisan Pertahanan Masyarakat Adat Dayak (Batamad) se-Kotim. Kegiatan ini berlangsung di Ballroom Wella Hotel Sampit, Sabtu (21/6/2025).
Dalam sambutannya, Halikinnor menekankan pentingnya peran perangkat adat dalam menjaga harmonisasi masyarakat di tengah keberagaman suku dan budaya yang ada di Kotim. Ia menyampaikan bahwa keamanan dan kondusifitas wilayah Kotim yang luas sekitar 16.796 km² dengan penduduk lebih dari 443 ribu jiwa, ini merupakan hasil dari kerja sama semua pihak, termasuk kontribusi penting dari lembaga adat.
“Dengan luas wilayah dan keberagaman masyarakat yang dimiliki Kotim, alhamdulillah kita tetap dalam keadaan aman dan terkendali. Ini berkat kolaborasi yang baik antara seluruh elemen, termasuk para pengurus adat,” ujar Halikinnor.
Ia berharap para peserta Bimtek dapat mengikuti kegiatan dengan sungguh-sungguh dan aktif dalam forum diskusi. Menurutnya, forum tersebut harus dimanfaatkan untuk bertukar pengalaman serta mencari solusi atas berbagai persoalan di masyarakat, tentunya berdasarkan aturan adat dan hukum yang berlaku.
“Saya mengajak semua pengurus DAD di tingkat kabupaten, kecamatan, para Damang, Mantir, dan pengurus Batamad agar memahami tugas dan fungsinya secara profesional. Gunakan forum ini untuk menyampaikan pengalaman di lapangan, agar ada solusi yang berbasis aturan hukum yang jelas,” pesannya.
Lebih lanjut, Halikinnor juga menegaskan pentingnya pelestarian budaya lokal. Ia mendorong agar program-program pelestarian budaya menjadi prioritas, demi memastikan nilai-nilai kearifan lokal dapat diwariskan kepada generasi mendatang.
“Penting bagi kita untuk menanamkan nilai budaya dan kearifan lokal agar anak cucu kita dapat mengenal, mewarisi, dan menyebarkannya di tengah masyarakat,” tegasnya.
Tak lupa, Halikinnor juga mengingatkan pentingnya filosofi lokal dalam membangun kesatuan di tengah kemajemukan.
“Istilah ‘di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung’, harus terus kita sosialisasikan. Meski berbeda latar belakang suku dan keyakinan, masyarakat Kotim tetap bersatu demi menjaga persatuan dan kesatuan di tanah air, khususnya di wilayah yang kita cintai ini,” tutupnya. (ri)