Maknai Waisak, Umat Budha Didorong Teladani Kebajikan Sang Budha

Perayaan pindapatta dalam rangka perayaan waisak.
TINTABORNEO.COM, Sampit – Peringatan Waisak 2568 Era Budha (BE) / tahun 2025 yang diikuti umat Budha di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) menjadi momentum mempererat persatuan dan kesatuan antar seluruh umat beragama.
Perayaan ini bukan hanya menjadi agenda rutin keagamaan, namun juga momentum untuk memikirkan kembali nilai-nilai kehidupan yang diajarkan Budha Gautama.
Ketua PD Majelis Budhayana Indonesia Provinsi Kalteng, Bambang Siswanto menjelaskan waisak adalah hari memperingati tiga peristiwa penting dalam kehidupan Budha Gautama, yaitu kelahiran, pencapaian pencerahan sempurna, dan Parinirvana Sang Budha.
“Tiga peristiwa suci itu terjadi pada hari purnama sidi, bulan Waisak. Bulan purnama, menjadi momen yang dikenal dengan istilah Pencapaian Penerangan Sempurna, yang menjadi simbol kebangkitan spiritual dan kesadaran mendalam dalam ajaran Budha,” jelas Bambang, Senin (12/5/2025).
Menurutnya, menerangi sempurna itu bukan hanya tentang pencerahan pribadi Budha, tetapi juga menjadi inspirasi umatnya agar terus berbuat baik dan menjalani kehidupan dengan penuh kesadaran.
Ia juga menyampaikan bahwa ajaran Budha tidak berhenti pada ritual dan upacara. Jauh lebih penting adalah meneladani semangat dan keteguhan dalam mencari kebenaran, sebagaimana ditunjukkan saat ia bertekad menjadi Budha dalam kehidupan sebelumnya sebagai Petapa Sumedha.
“Semangat itu harus menjadi bagian dari praktik umat Budha dalam kesekharian. Tidak hanya dalam ibadah, tetapi juga dalam berpikir dan bertindak di tengah masyarakat,” imbuhnya.
Bambang juga mengingatkan pesan terakhir Sang Budha menjelang wafatnya, yang tertuang dalam Maha Parinibbana Sutta. “Segala sesuatu tidak kekal adanya, maka berjuanglah dengan kewaspadaan,” katanya mengutip pesan tersebut.
Ia berharap, perayaan Waisak tidak hanya menjadi seremoni tahunan, namun dapat menumbuhkan kembali semangat untuk mengamalkan dhamma secara nyata dalam kehidupan sosial, berbangsa dan bernegara.
“Penghormatan tertinggi kepada Budha bukan hanya lewat doa, tapi melalui perbuatan baik yang mencerminkan ajaran dhamma,” tutupnya. (ri)