Lonjakan Penduduk di Kotim Tertinggi Sejak 2018, Dipicu Urbanisasi dan Kelahiran

|
<p>Nampak para pekerja turun dari kapal saat arus balik di Pelabuhan Sampit.</p>

Nampak para pekerja turun dari kapal saat arus balik di Pelabuhan Sampit.


TINTABORNEO.COM, Sampit – Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) mencatat lonjakan jumlah penduduk yang signifikan pada paruh kedua tahun 2024. Berdasarkan data terbaru dari Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil, pertambahan penduduk mencapai 11.482 jiwa dalam waktu enam bulan.

“Biasanya, dalam satu semester kenaikan hanya sekitar dua hingga tiga ribu orang. Kalo mencapai belasan ribu, ini termasuk luar biasa,” ungkap Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kotim, Agus Tripurna Tangkasiang, Jumat (2/5/2025). 

Menurut data, jumlah penduduk pada Semester I (Januari–Juni 2024) tercatat sebanyak 443.033 jiwa. Angka tersebut melonjak menjadi 454.515 jiwa di akhir Desember 2024. Kenaikan ini disebut sebagai yang tertinggi sejak Agus menjabat pada 2018.

Agus menjelaskan faktor utama penyebab peningkatan tersebut adalah arus masuk penduduk dari luar daerah serta kelahiran dan pendataan warga baru. Kotim, terutama wilayah utara seperti Parenggean, Telaga Antang, dan Antang Kalang, menjadi tujuan para pendatang karena keberadaan sejumlah perusahaan besar swasta (PBS) di sektor perkebunan dan tambang.

“Mayoritas pendatang adalah pekerja perkebunan dan karyawan perusahaan. Ada juga ASN dan anggota TNI/Polri yang pindah tugas, meski jumlahnya tak signifikan,” jelasnya. 

Ia juga menyoroti soal peningkatan administrasi kependudukan yang berkaitan dengan angka kelahiran. Menurutnya, yang dimaksud bukan hanya bayi yang baru lahir, tetapi juga warga lama yang baru tercatat secara resmi sebagai penduduk Kotim.

Namun demikian, masih ada tantangan dalam pencatatan data. Beberapa warga di wilayah pedalaman belum mengurus dokumen kependudukan karena kurang memahami pentingnya hal tersebut. Selain itu, angka kematian kerap tidak dilaporkan, sehingga menyulitkan proses pemutakhiran data.

“Kami terus mengedukasi masyarakat agar sadar pentingnya pelaporan, baik kelahiran maupun kematian, demi keakuratan data kependudukan,” tandasnya. (ri)