Insiden Trofi Dicabut Bikin Heboh, Panitia Akui Murni Kesalahan Teknis Bukan Kecurangan

|
<p>Ketua Panitia, Adelia Almira saat mengklarifikasi kesalahan penyebutan juara pada Smansa Marching Day 2025, Senin (12/5/2025). </p>

Ketua Panitia, Adelia Almira saat mengklarifikasi kesalahan penyebutan juara pada Smansa Marching Day 2025, Senin (12/5/2025). 


TINTABORNEO.COM, Sampit – Smansa Marching Day 2025, ajang kreativitas musik drum band yang diselenggarakan oleh alumni Marching Band Gita Suara SMA Negeri 1 Sampit, tercoreng oleh insiden pencabutan trofi lomba drum band tingkat TK, pada Minggu (11/5/205) sore. 

Dimana, keputusan panitia yang merevisi hasil juara setelah pengumuman resmi memicu protes dari peserta dan orang tua murid.

RA Perwanida, yang semula diumumkan sebagai juara I, RA Nurul Iman sebagai juara II, dan RA Melati sebagai juara III, sempat membawa pulang piala. Namun, hasil lomba kemudian diubah, dimana TK Bhayangkari dinyatakan sebagai juara I, Perwanida turun ke posisi kedua, dan Nurul Iman menjadi juara III. RA Melati tersingkir dari daftar pemenang.

Kekecewaan mendalam disampaikan Reno, wali murid RA Nurul Iman. Ia menyebutkan anak-anak sudah senang membawa pulang trofi, tiba-tiba disuruh mengembalikannya. 

“Ini bukan soal menang atau kalah, tapi soal tanggung jawab panitia. Kejadian ini menyakitkan bagi anak-anak dan mencoreng sportivitas,” ujarnya.

Terkait kegaduhan yang viral itu, Ketua Panitia Smansa Marching Day 2025, Adelia Almira, buka suara menanggapi polemik yang berkembang. Ia menegaskan bahwa kesalahan murni berasal dari internal panitia, bukan dari intervensi luar maupun kecurangan.

“Yang diumumkan di awal adalah hasil dari kategori the best costume, bukan hasil utama lomba konser kreasi. Ini murni kekeliruan teknis saat merekap dan menyebutkan nilai. Kami akui, ini sepenuhnya tanggung jawab kami sebagai panitia,” kata Adelia saat dikonfirmasi, Senin (12/5/2025). 

Adelia membantah adanya kecurangan dalam gelaran tersebut. Terlebih lagi, acara itu menjadi salah satu acara yang meriah dikalangan sekolah. Dirinya memastikan seluruh penilaian yang dilakukan sudah sesuai dengan ketentuan. 

“Saya tegaskan, tidak ada campur tangan pihak manapun. Semua nilai murni dari penilaian juri, dan kami berusaha setransparan mungkin. Bahkan kami memiliki bukti lembar penilaian resmi yang menunjukkan perbedaan antara kategori costume dan konser,” ungkapnya. 

Adelia juga menjelaskan bahwa Smansa Marching Day bukanlah bagian dari acara resmi HUT SMA Negeri 1 Sampit, melainkan hanya kegiatan independen alumni. 

“Acara ini dibentuk oleh alumni, dan SMA Negeri 1 hanya memberi izin pemakaian tempat. Semua biaya berasal dari pendaftaran, tiket masuk, dan sponsor. Jadi kalau ada yang mengaitkan ini dengan acara resmi sekolah, itu tidak benar,” jelasnya. 

Sementara, menanggapi kekecewaan dari peserta dan orang tua murid, Adelia sebagai ketua panitia telah bertanggung jawab dengan cara menjelaskan secara langsung kepada perwakilan sekolah.

“Saya pribadi menghadapi para guru dan wali murid yang datang menyampaikan protes. Kami mendengarkan semua keluhan mereka, dan itu menjadi pelajaran besar untuk kami semua panitia,” pungkasnya. (ri)