Harga Sapi Kurban di Sampit Naik, Ini Penyebabnya!

|
<p>Pedagang sapi kurban, Daeng Beta</p>

Pedagang sapi kurban, Daeng Beta


TINTABORNEO.VOM, Sampit – Menjelang Hari Raya Idul Adha 1446 Hijriah, pasokan sapi kurban dari luar daerah mulai berdatangan ke Kota Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim). Namun tahun ini, harga sapi mengalami kenaikan akibat tambahan masa karantina dan terbatasnya pasokan dari sejumlah daerah penghasil.

Hal tersebut disampaikan oleh salah satu pedagang sapi kurban, Daeng Beta, yang mulai mendatangkan sapi sejak awal Mei. Menurutnya, sampai minggu kedua Mei ini, sudah ada sekitar 150 ekor sapi yang masuk, dari rencana total 250 hingga 300 ekor.

“Alhamdulillah, sampai sekarang sudah terjual sekitar 30 ekor,” ujar Daeng, Sabtu (17/5/2025). 

Ia mengatakan bahwa tahun ini akan ada kenaikan harga untuk sapi kurban yang di jual olehnya. Kenaikan itu berkisar antara Rp 1 juta sampai Rp 1,5 juta per ekor. Hal itu karena masa karantina sapi yang lebih lama dibandingkan tahun sebelumnya. 

“Karena sekarang masa karantina diperpanjang jadi sekitar satu bulan. Ada karantina 25 hari, ditambah vaksinasi 8 hari, baru bisa keluar surat. Sebelumnya hanya 18 hari,” bebernya. 

Dirinya menyebutkan harga sapi saat ini berkisar antara Rp 18 juta hingga Rp 50 juta, tergantung berat dan jenis. Bobot sapi yang ditawarkan mulai dari 75 kilogram hingga 250 kilogram. Namun, Daeng memprediksi penjualan tahun ini akan sedikit menurun dibandingkan tahun sebelumnya.

“Tahun kemarin kita datangkan sampai 380 ekor. Tahun ini mungkin hanya 250 sampai 300. Surat izin pengiriman dari Sulawesi belum keluar, sedangkan sapi sudah terkumpul,” jelasnya.

Ia menambahkan, pasokan dari Sulawesi juga terbatas karena kebijakan di Kalimantan Tengah yang tidak menerima langsung sapi dari luar daerah. Akhirnya, pihaknya menggunakan surat pengiriman dari Banjarmasin dan Kalimantan Timur sebagai jalur masuk.

“Kita nekat tetap datangkan karena sudah langganan tiap tahun. Harapannya supaya bisa menekan harga juga. Kita juga bantu masyarakat kecil, seperti yang beli perorangan atau arisan. Mereka biasanya cuma mampu beli sapi di harga Rp 20 juta,” ucapnya.

Sementara itu, harga sapi lokal disebutnya lebih mahal, rata-rata di atas Rp 25 juta. Kondisi ini dinilai membuat sebagian masyarakat yang ingin berkurban dengan anggaran terbatas kesulitan untuk mendapatkan hewan kurban. (ri)