DPRD Kotim Desak Penangkaran Buaya, Serangan Terus Meningkat

Ketua Komisi I DPRD Kotim, Angga Aditya Nugraha saat diwawancarai.
TINTABORNEO.COM, Sampit – Serangan buaya di wilayah bantaran sungai Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) kian meresahkan. Dalam kurun waktu tahun 2025 saja, empat kasus serangan telah terjadi. Beberapa korban menderita luka parah, bahkan ada yang kehilangan nyawa.
Ketua Komisi I DPRD Kotim, Angga Aditya Nugraha, menilai konflik antara manusia dan buaya sudah sangat mengkhawatirkan. Ia mendesak agar pemerintah daerah segera bergerak cepat merealisasikan pembangunan penangkaran buaya yang selama ini hanya menjadi wacana.
Menurutnya, langkah ini penting demi menjaga keselamatan masyarakat sekaligus melindungi satwa liar yang dilindungi.
“Kami meminta pemerintah daerah segera berkoordinasi dengan Kementerian Kehutanan untuk membangun penangkaran. Ini sebagai upaya konservasi dan juga untuk mengurangi konflik antara buaya dan manusia,” ujar Angga, Selasa (6/5/2025).
Politisi muda itu juga mengatakan bahwa penangkaran buaya tidak hanya menjadi solusi jangka panjang terhadap meningkatnya serangan, tetapi juga bisa dikembangkan menjadi objek wisata baru yang menarik di Kotim.
Data dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sampit menunjukkan bahwa insiden serangan buaya terus meningkat. Hal ini menjadi ancaman nyata yang menghantui warga di wilayah bantaran sungai, terutama mereka yang menggantungkan hidup dari aktivitas perairan.
Angga juga mengatakan bahwa pihaknya telah menjalin komunikasi dengan BKSDA untuk merespons beberapa kasus serangan yang terjadi.
DPRD mendorong adanya pendataan ulang populasi buaya di daerah ini sebagai landasan penting dalam merumuskan kebijakan perlindungan dan mitigasi konflik satwa.
“Populasi buaya perlu didata kembali agar pemerintah bisa mengambil langkah yang tepat dan terukur,” tandasnya. (ri)