Santri Masih Mandi di Sungai Rawan Buaya, BKSDA Imbau Waspada Terhadap Keselamatan

|
<p>Nampak para santri yang masih mandi bersama-sama di sungai saat air pasang. </p>

Nampak para santri yang masih mandi bersama-sama di sungai saat air pasang. 


TINTABORNEO.COM, Sampit – Aktivitas para santri Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Darul Iman, Kecamatan Pulau Hanaut, kabupaten Kotim yang masih mandi di Sungai Babaung mengundang keprihatinan. 

Pasalnya, sungai tersebut dikenal sebagai habitat buaya muara dan dilaporkan beberapa kali terlihat kemunculannya oleh warga sekitar.

Dalam sebuah video yang beredar di media sosial, tampak para santri masih mandi bersama-sama di sungai saat air sedang pasang. Di sisi seberang lokasi mandi, menurut informasi dari sekretaris desa setempat, buaya kerap terlihat oleh warga.

Komandan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Resort Sampit, Muriansyah, membenarkan hal tersebut dan menyatakan bahwa kondisi ini cukup membahayakan.

“Ini pas lagi air pasang. Di seberang mereka mandi itu, dilaporkan buaya beberapa kali terlihat warga,” kata Muriansyah saat dikonfirmasi, Rabu (30/4/2025).

Di akhir video, terlihat pula sebuah kolam kecil yang diduga digunakan sebagai alternatif tempat mandi para santri. Namun menurut Muriansyah, kolam tersebut sudah tidak layak digunakan.

“Kondisi kolam itu sebenarnya sudah tak layak. Lantainya ada yang pecah, dan ukurannya juga sangat terbatas, hanya sekitar 5×5 meter dengan tinggi 1 meter,” ujarnya.

Ia menambahkan, jumlah santri yang terlihat mencapai 50 sampai 60 orang, sehingga kolam tersebut tidak mampu menampung semuanya secara bersamaan.

“Pas barengan mandinya, kolam tersebut tidak akan mampu menampung,” imbuhnya. 

Maka dari itu, BKSDA mengimbau agar pihak pondok pesantren dan masyarakat lebih waspada, serta mempertimbangkan solusi alternatif yang lebih aman bagi para santri, mengingat keberadaan buaya muara yang bisa mengancam keselamatan. (ri)