Kasus DBD Muncul di Sampit, Warga Diminta Waspada dan Aktif Cegah Perkembangbiakan Nyamuk

Kepala Dinas Kesehatan Kotim Umar Kaderi.
TINTABORNEO.COM, Sampit – Musim pancaroba kembali jadi ancaman kesehatan bagi warga Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim). Beberapa kasus demam berdarah dengue (DBD) mulai muncul di wilayah perkotaan, membuat Dinas Kesehatan setempat mengingatkan warga agar tidak lengah terhadap penyakit yang disebabkan gigitan nyamuk Aedes aegypti ini.
“Kalau lingkungan tidak bersih, DBD akan terus ada. Ini bukan hanya tugas pemerintah, tapi tanggung jawab bersama,” tegas Kepala Dinas Kesehatan Kotim, Umar Kaderi.
Kasus DBD tercatat mulai terjadi di dua kecamatan padat penduduk, yakni Baamang dan Mentawa Baru Ketapang. Meski belum menunjukkan lonjakan signifikan, pihak Dinas Kesehatan menyebut kondisi ini tetap harus diantisipasi sejak dini agar tidak berkembang menjadi wabah.
Menurut Umar, fogging atau pengasapan hanya dilakukan jika sudah ada laporan kasus DBD di lingkungan tertentu. Namun, ia menekankan bahwa fogging bukan solusi jangka panjang.
“Fogging itu upaya terakhir, karena hanya membunuh nyamuk dewasa. Kalau dilakukan terus-menerus, nyamuk bisa resisten terhadap insektisida,” jelasnya.
Sebagai gantinya, masyarakat diminta lebih aktif menerapkan pola 3M: Menguras tempat penampungan air, Menutup rapat tempat air, dan Mengubur barang bekas yang bisa menampung air hujan.
Umar menegaskan, pencegahan DBD sejatinya bergantung pada kepedulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan. Tempat-tempat kecil yang luput dari perhatian, seperti botol bekas, kaleng, atau pot tanaman, bisa menjadi sarang nyamuk.
“Lingkungan bersih, nyamuk nggak punya tempat berkembang biak. Ini yang terus kami ingatkan,” ujarnya.
Dinas Kesehatan bersama puskesmas juga terus siaga, apalagi saat ini daya tahan tubuh masyarakat cenderung menurun karena perubahan cuaca. Selain menjaga kebersihan lingkungan, masyarakat juga diimbau menjaga daya tahan tubuh dengan makan bergizi, olahraga, dan cukup minum air putih.
Umar menyebut, DBD punya siklus empat sampai lima tahunan. “Kalau tahun ini naik, tahun depan bisa turun, lalu beberapa tahun lagi bisa naik lagi. Jadi tetap waspada, jangan menunggu ada korban baru bergerak,” tandasnya.
Dengan meningkatnya kesadaran dan partisipasi warga, diharapkan lonjakan kasus DBD tahun ini bisa ditekan. Langkah kecil seperti membersihkan bak mandi atau mengubur kaleng bekas bisa menjadi penyelamat nyawa. (dk)