BPBD Kotim Siaga Hadapi Potensi Karhutla di Tengah Musim Kering Ekstrem

|
<p>Kalaksa BPBD Kotim Multazam menerangkan alat-alat untuk mendukung penanganan karhutla di wilayah Kotim. </p>

Kalaksa BPBD Kotim Multazam menerangkan alat-alat untuk mendukung penanganan karhutla di wilayah Kotim. 


TINTABORNEO.COM, Sampit – Musim kemarau tahun ini mungkin tidak berlangsung lama, namun panas yang lebih menyengat menjadi alarm baru bagi ancaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim). Dengan catatan sejarah kebakaran besar di masa lalu, pemerintah daerah tak mau lengah.

“Durasinya memang lebih pendek, sekitar tiga bulan. Tapi panasnya diprediksi lebih ekstrem,” kata Multazam, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotim. Ia menyebut prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebagai dasar penting dalam menyiapkan strategi mitigasi tahun ini.

Bagi Kotim, musim kering bukan sekadar perubahan cuaca. Ia bisa berarti langit yang kelabu akibat asap, ladang-ladang yang terpanggang, dan lahan gambut yang terbakar perlahan dari bawah permukaan. Tahun-tahun seperti 2015, 2019, dan 2023 masih membekas dalam ingatan—saat ribuan hektare lahan hangus dilalap api yang sulit dijinakkan.

“Begitu air tanah surut sekitar 60 sentimeter, api bisa muncul dari bawah dan menyebar cepat. Bahkan api kecil bisa menjadi bencana besar jika kita lengah,” terangnya. 

BPBD telah mengidentifikasi sejumlah wilayah yang masuk dalam zona merah rawan karhutla. Kecamatan seperti Teluk Sampit, Seranau, Mentaya Hilir Selatan dan Utara, Pulau Hanaut, Cempaga, hingga Parenggean menjadi perhatian utama.

Namun persoalan karhutla tak bisa ditangani pemerintah saja. Multazam menekankan pentingnya keterlibatan masyarakat dan pelaku usaha, khususnya dalam menghentikan kebiasaan membuka lahan dengan cara dibakar. “Disiplin adalah kunci,” tegasnya.

Sejak April, BPBD mulai memeriksa kesiapan peralatan dan personel. Mereka juga mulai memetakan sumber-sumber air alternatif seperti embung dan sumur cadangan untuk memperkuat barisan pertahanan jika api benar-benar datang.

Bukan hanya api yang jadi ancaman. Kekeringan selama kemarau juga mengintai sektor pertanian. Tanaman bisa gagal panen jika suplai air tak memadai. “Kami sudah imbau petani untuk siaga. Kalau terjadi kekurangan air, laporkan secepatnya agar bisa ditindaklanjuti,” kata Multazam.

Kolaborasi pun diperluas. BPBD menggandeng Manggala Agni, BKSDA, hingga perusahaan perkebunan dan kehutanan. Tujuannya adalah mencegah agar sejarah kelam kebakaran besar tak terulang.

“Kita tidak bisa menunggu sampai api muncul. Tahun ini harus lebih siap, lebih sigap. Karena bencana adalah tanggung jawab kita semua,” pungkasnya. (dk)