Berkah Lebaran bagi Tukang Perahu di Terantang : Sehari Bisa Raup Jutaan Rupiah  

|
<p>Suasana Kapal penyebaran Sampit-Seranau saat mengangkut penumpang</p>

Suasana Kapal penyebaran Sampit-Seranau saat mengangkut penumpang


TINTABORNEO.COM, Sampit – Pagi itu, riak-riak kecil sungai Mentaya mengiringi deru perahu kayu yang lalu lalang di Desa Terantang, Kecamatan Seranau, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim). Di balik kendali perahu, wajah Nuhar tampak berseri-seri. Senyumnya merekah menyambut penumpang yang tak henti berdatangan sejak subuh. Lebaran tahun ini kembali membawa berkah bagi para penyedia jasa perahu penyeberangan sepeda motor.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, momentum lebaran menjadi waktu yang paling dinantikan bagi mereka. Penumpang meningkat drastis, dan rezeki pun mengalir deras. Jika di hari biasa ia hanya bisa mengantongi ratusan ribu rupiah, di momen seperti ini penghasilannya bisa menembus Rp1 juta per hari.

“Alhamdulillah, lebaran ini penumpang kembali ramai. Dari H-3 hingga H+4 peningkatannya sangat terasa,” ungkap Nuhar, Jumat (4/4/2025).

Ia bercerita, saat menjelang lebaran beberapa waktu lalu, warga berbondong-bondong menyeberang untuk berbelanja kebutuhan di Sampit. Setelah hari raya, arus penumpang tetap tinggi karena banyak yang pergi berziarah dan bersilaturahmi ke sanak keluarga di seberang.

“Bukan hanya warga Terantang, ada juga warga Batuah yang menggunakan perahu kami,” imbuhnya.  

Perahu-perahu kecil ini telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Terantang selama puluhan tahun. Dengan tarif Rp5.000 per sepeda motor, penyeberangan tradisional ini menghubungkan akses utama warga menuju desa-desa seberang. Perjalanan yang hanya memakan waktu sekitar lima hingga tujuh menit ini menjadi pilihan utama dibanding jalur darat yang lebih jauh dan penuh tantangan.

“Memang ada jalan lewat belakang kampung, jalur Seranau-Cempaga. Tapi jalannya rusak, jadi warga lebih memilih menyeberang pakai perahu,” tutur Nuhar.

Kondisi ini membuat perahu-perahu tradisional tetap bertahan di tengah kemajuan zaman. Lebaran menjadi momen di mana denyut ekonomi warga semakin terasa. Tak hanya pemilik perahu yang kebanjiran rezeki, tetapi juga para pekerja yang membantu mengatur antrian kendaraan dan memastikan kelancaran penyeberangan.

Bagi Nuhar dan rekan-rekannya, lebaran bukan sekadar perayaan, tetapi juga harapan. Di saat lain, penghasilan mereka tak menentu, bergantung pada cuaca dan jumlah penumpang yang sering kali tidak menentu. Namun di hari-hari penuh berkah ini, mereka bisa merasakan bagaimana rasanya mendapat penghasilan lebih untuk memenuhi kebutuhan keluarga. (li)