Saat Ramadan, Program Makan Bergizi Gratis di Kotim Tetap Jalan, Siswa Bisa Bawa Pulang Makanan

|
<p>Program MBG yang sudah mulai berjalan di Kotim akhir Februari 2025 lalu. </p>

Program MBG yang sudah mulai berjalan di Kotim akhir Februari 2025 lalu. 


TINTABORNEO.COM, Sampit – Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) memastikan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) tetap berjalan selama bulan Ramadan. Meski ada perubahan jadwal belajar, layanan makanan untuk peserta didik tetap disiapkan.

Penjabat Sekretaris Daerah (Pj Sekda) Kotim, Sanggul L Gaol mengatakan, selama awal Ramadan siswa memang belajar mandiri di rumah. Namun mulai 6 hingga 25 Maret 2025, kegiatan belajar mengajar kembali dilaksanakan di sekolah, termasuk pelaksanaan program MBG.

“Nanti pas masuk sekolah lagi, program MBG tetap lanjut. Anak-anak yang tidak puasa bisa makan di sekolah. Sedangkan yang puasa tetap dapat jatah, bisa dibawa pulang,” kata Sanggul. 

Terkait teknis pengemasan hingga keamanan makanan saat dibawa pulang, pihak sekolah diminta untuk melakukan pengaturan. Pasalnya, ada kekhawatiran jika makanan dibawa pulang dalam kondisi tidak lagi segar.

“Itu perlu dikoordinasikan. Termasuk penggunaan tempat makannya seperti apa, supaya aman sampai di rumah,” tambahnya.

Menurut Sanggul, sejauh ini program MBG berjalan cukup baik. Evaluasi awal menunjukkan antusiasme tinggi dari para siswa, sementara pelayanan dari pihak penyedia makanan juga dinilai cukup cepat dan responsif.

“Harapan kita ke depan, sekolah lain yang belum kebagian juga bisa masuk dalam program ini. Mudah-mudahan akhir 2025 semua sekolah bisa dapat,” ungkapnya.

Sebagai informasi, program MBG di Kotim sudah dimulai sejak 24 Februari 2025. Saat ini menyasar 19 sekolah di Kecamatan Mentawa Baru Ketapang. Para pelajar menerima makanan bergizi satu kali sehari selama lima hari dalam sepekan, dengan anggaran Rp10 ribu per porsi sesuai ketentuan pemerintah pusat.

Setiap vendor ditetapkan maksimal hanya boleh menangani sampai 3.500 porsi. Sementara itu, satu dapur hanya melayani wilayah dalam radius 6 kilometer agar kualitas makanan tetap terjaga hingga sampai ke tangan siswa.

“Kalau ada kendala di lapangan pasti kita evaluasi. Termasuk masukan dari teman-teman wartawan juga sangat kami butuhkan untuk perbaikan ke depan,” pungkas Sanggul. (dk)