Ketua Kadin : Kenaikan Harga Beras Bukan Karena Tren, Tapi Kebutuhan Yang Belum Terpenuhi Secara Nasional 

|
Ketua Kadin : Kenaikan Harga Beras Bukan Karena Tren, Tapi Kebutuhan Yang Belum Terpenuhi Secara Nasional 

TINTABORNEO, Sampit – Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Susilo menyebutkan tingginya harga beras yang saat ini dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, dikarena adanya kebutuhan yang belum terpenuhi.

“Kebutuhan beras kita itu adalah 34 juta ton sedangkan yang terpenuhi secara Nasional hanyar 30 juta ton. Jadi, 4 ton itu kita harus impor, itulah yang menjadi lonjakan harga beras di daerah yang tinggi,” kata Susilo, Kamis (7/3).

Ia menjelaskan apabila harga beras di daerah murah, berarti beras impor akan semakin harganya. Makanya, yang naik ini adalah beras lokal yang tinggi beras impor yang murah, itulah gunanya untuk menstabilkan harga di Nasional.

“Kalau harga beras kita murah dan harga beras impor naik, maka inflasi akan tinggi. Dan apabila terjadi inflasi tinggi di daerah kita, maka nantinya itu akan menutupi kebutuhan beras kita itu tidak di impor,” jelasnya.

Untuk kebutuhan bahan pokok bagi masyarakat pemerintah daerah telah melaksanakan yang namanya pasar murah. Tapi, perlu di ketahui beras yang ada di pasar murah itu semua beras dari daerah lain termasuk Jawa.

Lanjutnya, itulah yang membuat beras lokal mahal yaitu karena supply ke daerah itu kurang, dan beras impor masuk. Dan itu digunakan untuk mencounter supaya harga beras lokal stabil.

“Kalau harga beras lokal kita murah, kasian petani kita. Karena dari produksinya saja sudah tinggi, contohnya seperti harga pupuk mahal dan banyaknya produksi yang gagal akibat faktor alam, dan untuk mengangkat petani kita makanya harga beras menjadi naik,” ungkapnya.

Ia juga menegaskan bahwa kenaikan harga beras ini bukan tren dihari-hari besar termasuk bulan ramadhan yang akan datang. Melainkan di dunia perdagangan harga naik dan turun itu hal yang pasti terjadi.

“Dan jangan salah, kenaikan beras bukan hanya terjadi di Kabupaten Kotim saja, melainkan menyeluruh se-Indonesia,” pungkasnya. (ri)